TAWANAN kecil di tanganku semakin putus asa ketika aku mengeluarkan pisau lipatku. Lalu, di luar dugaannya, aku menggunakan pisau itu untuk melepaskan ikatan yang membelenggunya. Lalu kulepaskan ia. Satu demi satu kulakukan hal yang sama pada kelima orang lainnya yang ada di sakuku. Para prajurit yang menjagaku merasa sangat lega melihat kebaikanku. Sejak itu tak ada lagi yang mencoba melukaiku.
Berita tentang aku menyebar ke seluruh negeri Liliput dan orang-orang dari seluruh pelosok pulau berdatangan ke Mildendo. Demi menjaga agar desa-desa tidak kosong dan tanah pertanian tidak ditelantarkan, Raja membuat aturan bahwa setiap orang hanya boleh menonton aku satu kali.
Berita tentang aku menyebar ke seluruh negeri Liliput dan orang-orang dari seluruh pelosok pulau berdatangan ke Mildendo. Demi menjaga agar desa-desa tidak kosong dan tanah pertanian tidak ditelantarkan, Raja membuat aturan bahwa setiap orang hanya boleh menonton aku satu kali.
Para penasihat raja tetap khawatir aku akan melarikan diri dan menghancurkan negeri Liliput dengan kekuatanku. Kalaupun aku tidak melarikan diri, mereka juga cemas aku juga akan melemahkan negeri jika rakyat harus menanggung makanku. Para penasihat ini menyarankan agar aku dibiarkan kelaparan dan nanti dibunuh dengan panah beracun ketika keadaanku sudah lemah.
Namun raja sangat terkesan atas kebaikanku, terutama karena aku bersedia melepaskan enam tawanan. Akhirnya ia membiarkan aku hidup dan memerintahkan desa-desa di sekitar Mildendo untuk melayani kebutuhan makan dan minumku. Tiap pagi mereka harus mengirimkan enam puluh lembu, empat puluh kambing, roti dan susu yang cukup untuk kebutuhanku. Enam ratus pelayan, termasuk di dalamnya tiga ratus juru masak, diberi tugas melayani kebutuhanku. Tiga ratus penjahit diminta membuat pakaianku. Aku berjongkok saat mereka mengukurku Mereka menaiki tangga yang mereka sandarkan di punggungku dan kemudian menjulurkan pita pengukur ke tanah. Pakaian untukku dibuat dari sambungan kain kecil-kecil. Di negeri Liliput, lebar kain hanya delapan senti dan panjangnya hanya sembilan puluh senti.
Tiga ratus juru masak tinggal di pondok dekat rumahku. Setelah beberapa waktu tinggal di negeri Liliput, aku membuat sendiri meja dan kursi yang rendah. Makanan dan minuman untukku disajikan di meja tersebut. Dua puluh pelayan kuangkat ke atas meja untuk menata makanan, sementara seratus lebih yang lain menunggu di bawah. Piring dan nampan ditarik dengan tali ke atas meja. Begitu juga tong-tong air minum. Sebakul nasi mereka, kautahu, sama ukurannya dengan sesendok nasi, karena itu sekali makan aku membutuhkan lima puluh bakul nasi.
Ketika raja mendengar ukuran makanku, suatu hari ia mengajak seluruh keluarganya makan bersamaku. Aku menaruh kursi mereka di mejaku dan para prajurit menjaga mereka. Demi menyenangkan hati mereka, aku menyuapkan makanan sebanyak mungkin yang bisa ditampung di mulutku. Semua merasa senang kecuali bendahara istana. Mukanya kelihatan masam karena selalu memikirkan ongkos makananku. Setelah acara jamuan bersama ini, si bendahara menjadi musuhku. Nanti akan kuceritakan.
Enam guru kerajaan yang paling bijaksana diperintahkan oleh raja untuk mengajariku bahasa Liliput. Tak terlalu lama aku sudah bisa bicara dalam bahasa mereka dan bisa memahami apa yang mereka katakan. Raja sendiri sering datang untuk membantu belajarku.
“Kapan Baginda akan membebaskan saya?” itulah pertanyaan pertama yang kuajukan kepadanya. Sampai saat itu mereka masih membelengguku.
Raja menjawab pertanyaanku dengan sikap ramah.
“Sebagai sahabat tentu kami tidak akan membiarkan anda terus terbelenggu,” katanya. “Tapi anda harus berjanji tidak akan mencelakakan satu orang pun dari kami bangsa Liliput.”
Ia berharap aku tidak tersinggung jika para perwira kerajaan memeriksa saku-saku bajuku dan menyita semua senjata yang ada padaku.
“Silakan, Baginda, saya tidak keberatan sama sekali,” kataku.
Kemudian aku meraih para perwira yang akan memeriksaku. Kuangkat mereka dan kumasukkan ke dalam saku-sakuku sehingga mereka bisa memeriksa ada apa saja yang kusimpan di tiap sakuku. Kuserahkan pistolku kepada mereka. Kukosongkan lebih dulu pelurunya dengan menembakkan pistol tersebut ke udara. Ratusan orang yang mengerumuniku bertiarap ketakutan mendengar letusan tembakanku. Kemudian raja memerintahkan para perwiranya untuk menyita pistol dan pedangku. Barang-barang lain tetap dibiarkan ada padaku.
Untuk merebut hati orang-orang Liliput, aku berlaku sesopan dan seramah mungkin. Sesekali aku berbaring telungkup dan membiarkan enam orang berdansa di telapak tanganku, sementara anak laki-laki dan perempuan bermain petak umpet di sela-sela rambutku.
Beberapa permainan kesenangan mereka sangat aneh. Yang cukup populer adalah ketangkasan untuk menari pada seutas tali yang direntangkan di antara dua tiang. Tinggi rentangan tali itu kira-kira delapan senti dari atas tanah. Adu ketangkasan ini digunakan untuk memilih siapa yang layak mengisi jabatan tertentu. Sebuah posisi penting akan diberikan kepada orang yang bisa melompat paling tinggi di atas tali tersebut.
Kadang-kadang sejumlah pejabat penting kerajaan diminta menunjukkan keahlian mereka. Banyak yang terluka parah atau mati ketika masing-masing ingin menunjukkan bahwa dirinya lebih hebat ketimbang para saingan mereka. Aku sendiri menciptakan permainan baru untuk menyenangkan raja. Kubentangkan saputanganku di pucuk-pucuk pohon dan satu regu prajurit berkuda melakukan atraksi di atas bentangan saputangan tersebut untuk menghibur raja. Pertunjukan ini berhenti ketika hentakan kaki kuda merobekkan saputanganku.
Akhirnya raja percaya padaku dan aku dibebaskan. Kami menandatangani sebuah perjanjian tertulis. Dalam perjanjian itu disebutkan aku tidak akan meninggalkan kerajaan Liliput tanpa permisi dan harus bertindak hati-hati agar tidak melukai satu orang pun penduduk kerajaan. Aku tidak akan memasuki kota Mildendo tanpa pemberitahuan lebih dulu. Jika berjalan aku harus selalu berjalan di jalan-jalan utama, tidak berbaring di ladang, dan tidak mengangkat orang-orang Liliput tanpa izin.
Selain itu, aku juga menyetujui beberapa hal. Aku setuju mengantarkan surat kilat dari raja yang ditujukan ke wilayah-wilayah yang jauh dari kerajaan. Aku setuju membantu para tukang untuk mengangkut batu-batu yang sangat berat untuk membangun kerajaan.
Sebagai imbalan untuk semua kesediaanku, aku dibebaskan. Kerajaan menyediakan untukku makanan yang jumlahnya cukup bagi dua ratus orang Liliput setiap hari. Dan aku akan diperlakukan sangat baik dan ramah. Itu keramahan yang berumur pendek. Kelak mereka berbalik memusuhiku, justru setelah aku berhasil menghalau serbuan dari negara Blefuscu, musuh besar mereka.
Selanjutnya: IV. Bagaimana Aku Mengalahkan Musuh Bangsa Liliput