RSS

PRAHARA (karya Shakespeare)

Dari The Tempest karya William Shakespeare, diceritakan ulang sebagai bacaan anak oleh A.S. Laksana


ADA sebuah pulau terpencil di tengah laut. Pulau itu hanya dihuni oleh lelaki tua bernama Prospero dan anak perempuannya yang cantik bernama Miranda. Sejak kecil Miranda tinggal di pulau ini dan ia tidak pernah mengenal manusia lain kecuali bapaknya.

Mereka tinggal di gua batu karang yang dibagi dalam beberapa petak. Salah satu ruangan dijadikan kamar kerja oleh Prospero. Di kamar kerjanya Prospero menyimpan buku-buku, terutama buku sihir. Pada waktu itu banyak orang terpelajar yang membaca buku-buku sihir.



Prospero terdampar di pulau asing itu karena ia mendengar suara panggilan aneh. Rupanya suara-suara tersebut berasal dari makhluk-makhluk halus yang dipenjarakan oleh wanita penyihir bernama Sycorax. Ketika Prospero tiba di pulau, Sycorax sudah meninggal. Dengan ilmu sihir yang dikuasainya, Prospero membebaskan roh-roh baik yang dipenjarakan oleh Sycorax di sebuah pohon besar. Mereka dikurung di sana karena menolak perintah jahat si penyihir. Roh-roh baik itu kemudian mengabdi kepada Prospero.

Roh-roh baik itu dipimpin oleh Ariel, hantu kecil yang tidak memiliki sifat jahat sedikit pun. Cuma kadang-kadang Ariel agak keterlaluan dalam memperlakukan Caliban. Yah, karena Caliban ini anak Sycorax, musuh besarnya.

Prospero berjumpa dengan Caliban di tengah hutan. Monster ini bentuknya menyerupai monyet, namun lebih buruk lagi. Prospero membawa Caliban ke gua tempat tinggalnya dan mengajarinya bercakap-cakap. Kepadanya Prospero menunjukkan sikap lembut. Namun Caliban sulit diajari bersikap lembut karena ia mewarisi sifat-sifat Sycorax.

Karena sangat kasar, maka Caliban dipekerjakan seperti budak. Ia harus mengambil kayu dan melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar. Setiap hari ia diawasi oleh Ariel. Caliban tidak bisa melihat Ariel, karena Ariel adalah hantu. Miranda juga tidak bisa melihat Ariel. Yang bisa melihat Ariel hanyalah Prospero.

Jika Caliban malas dan melalaikan pekerjaannya, Ariel akan mencubitnya dan kadang-kadang menggulingkannya di lumpur. Kadang ia menampakkan diri sebagai monyet dan mengejek Caliban yang terperosok di lumpur. Kadang ia mengubah bentuk menjadi landak dan berguling-guling di jalanan yang dilewati Caliban. Caliban takut pada duri-duri lancip. Ia tidak pernah memakai alas kaki sehingga takut duri-duri landak itu akan menusuki telapak kakinya.

Dengan berbagai muslihat yang menjengkelkan seperti itulah Ariel menyiksa Caliban jika monster itu malas bekerja.

***

DENGAN ilmu sihirnya, Prospero juga bisa memerintahkan makhluk-makhluk halus yang tunduk kepadanya untuk mendatangkan gelombang besar di laut. Suatu hari, ketika ada kapal besar sedang berada di tengah lautan, Prospero membawa putrinya ke pantai dan memperlihatkan bagaimana ia membuat gelombang besar yang mengombang-ambingkan kapal. Di kapal itu, kata Prospero kepada Miranda, banyak makhluk hidup yang serupa dengan mereka.

“Kasihani mereka, Ayah,” kata Miranda. “Kapal itu akan hancur berkeping-keping dan orang-orang di dalamnya akan binasa.”

“Tidak akan ada korban, Miranda,” kata Prospero. “Aku sudah mengingatkan agar tidak ada satu orang pun yang jadi korban.”

“Kau yakin tidak akan ada korban, Ayah?” tanya Miranda.

“Mereka mematuhiku, Miranda,” jawab Prospero. “Dan kulakukan ini untuk kebaikanmu.”

“Apa maksudmu, Ayah?” tanya Miranda.

“Kau tahu di mana kita tinggal sebelum di pulau ini, Nak? Apakah kau tahu siapa kita sebelum menjadi penghuni gua karang yang menyedihkan ini? Ada yang bisa kauingat?”

Miranda menatap ayahnya. Ia mencoba memahami apa maksud kata-kata ayahnya.

“Umurmu waktu itu baru tiga tahun, Miranda,” lanjut Prospero. “Tentu kau tak ingat apa pun sama sekali.”

"Aku… aku bisa ingat, Ayah," jawab Miranda.

“Benarkah?" tanya Prospero. "Apa yang bisa kauingat, Anakku."

“Aku merasa dilayani oleh empat atau lima perempuan,” kata Miranda. “namun semuanya tampak seperti mimpi.”

“Kau benar,” kata Prospero. “Jumlahnya lebih dari itu, Miranda. Bagaimana kau bisa ingat hal itu? Apakah kau ingat bagaimana kau tiba di tempat ini?”

“Tidak, Ayah,” jawab Miranda. “Tak ada lagi yang bisa kuingat.”

Prospero kemudian menceritakan kepada anaknya bahwa dua belas tahun yang lalu ia adalah bangsawan penguasa kota Milan. Ia hanya mempunyai seorang anak, yaitu Miranda, yang kelak akan mewarisi istananya. Prospero memiliki seorang adik yang sangat ia percaya, namanya Antonio. Ketika berniat mengundurkan diri untuk memperdalam ilmunya, Prospero menyerahkan urusan sehari-hari kepada Antonio karena Miranda masih kanak-kanak. Namun Antonio berkhianat.

“Watak buruknya muncul, Anakku,” kata Prospero. “Ia ingin menyingkirkan aku selamanya dari istanaku.”

Upaya Antonio untuk menyingkirkan Prospero berhasil. Ia dibantu oleh Raja Naples yang memang bermusuhan dengan Prospero sejak lama. Karena itu dengan senang hati ia membantu Antonio menyingkirkan kakaknya.

“Mengapa mereka tidak membinasakan kita saat itu?” tanya Miranda.

“Mereka tidak berani, Miranda,” kata Prospero. “Rakyatku sangat mencintai aku. Antonio membawa kita ke kapal, dan ketika kita sampai di tengah laut, ia mendorong kita ke perahu kecil, tanpa dayung dan layar. Juga tanpa perbekalan. Namun Gonzalo, salah seorang bangsawan yang setia, mencoba menyelamatkan kita. Ia menaruh air, perbekalan, pakaian, dan buku-bukuku.”

“Ayah," kata Miranda. “aku tentu sangat merepotkanmu.”

“Tidak, Miranda,” kata Prospero, “kau justru menjadi malaikat kecil yang menyelamatkan aku. Senyummu membuat aku tahan menghadapi segala penderitaan. Aku sangat bahagia merawat dan membimbingmu di pulau ini.”

“Terima kasih banyak, Ayah,” kata Miranda. “Sekarang ceritakan alasanmu mendatangkan badai besar ini.”

Prospero diam sebentar.

“Dengan badai ini, aku menjagamu dari mereka,” kata Prospero. “Aku tidak ingin Raja Naples dan adikku yang jahat bisa mendekati pulau ini.”

Setelah menceritakan semuanya itu, Prospero dengan lembut menyentuh putrinya dengan tongkat ajaibnya, dan Miranda kemudian tertidur nyenyak.

***

ARIEL, si hantu kecil, datang pada saat Miranda tertidur. Ia tidak terlihat oleh manusia. Karena itulah Prospero menidurkan Miranda. Ia tidak ingin Miranda menyaksikan dirinya seperti orang yang bicara sendiri.

“Bagus, hantu pemberani,” kata Prospero kepada Ariel, “bagaimana kau menjalankan tugasmu?”

Ariel menceritakan bagaimana para pelaut itu ketakutan di tengah badai. Yang pertama kali melompat ke laut adalah Pangeran Ferdinand, anak Raja Naples. Bapaknya menduga bahwa anak kesayangannya itu hilang ditelan gelombang.

“Sebetulnya Pangeran itu selamat,” kata Ariel. “Ia kusembunyikan di suatu tempat di pulau ini, tidak terluka sedikit pun.”

"Hebat, Ariel,” kata Prospero. “Bawalah dia kemari. Putriku harus bertemu dengan pangeran muda ini. Di mana raja dan saudaraku?”

"Saya biarkan saja Raja Naples terus mencari-cari Ferdinand,” jawab Ariel. “Hatinya pasti pedih sekali karena mengira anaknya telah meninggal.”

Ariel juga menceritakan bahwa semua awak kapal selamat. Namun ia membuat setiap orang merasa bahwa hanya dirinya sendirilah yang selamat dari amukan gelombang. Sedangkan kapal mereka dibawa oleh Ariel ke pelabuhan dan tak satu orang pun melihatnya.

“Ariel,” kata Prospero, “kau telah melakukan tugasmu dengan baik. Namun masih ada beberapa tugas lain.”

“Beberapa tugas lain?” kata Ariel. “Saya telah menjalankan semua perintah dengan baik, Tuan. Saya mohon Tuan tidak lupa pada janji Tuan untuk membebaskan saya.”

“Hei, Ariel!” kata Prospero. “Kau tidak ingat bagaimana aku membebaskanmu dari siksaan bertahun-tahun? Apakah kau lupa pada kutukan Sycorax, si tukang sihir jahat itu? Apakah kau lupa bahwa akulah yang membebaskanmu dari pohon yang menjadi penjaramu?”

“Maafkan saya, Tuan,” kata Ariel, malu dianggap tidak tahu terima kasih. “Saya akan mematuhi perintah.”

“Lakukan perintahku dengan baik dan aku pasti akan membebaskanmu,” kata Prospero. Ia kemudian memberi perintah yang harus dikerjakan lagi oleh Ariel.

***

HANTU kecil itu pergi, mula-mula ke tempat ia menyembunyikan Ferdinand. Pangeran yang malang itu masih duduk di rumputan dengan wajah murung.

“Tuan Muda,” kata Ariel tanpa menampakkan diri, “Aku akan membawamu keluar dari tempat ini segera. Kau harus kubawa ke hadapan Putri Miranda yang cantik jelita. Mari, Tuan, ikuti aku.”

Dan kemudian ia menyanyikan lagu aneh: “Lima depa dari sini ayahmu terbaring; tulangnya menjadi karang, kedua matanya menjadi mutiara....”

Lagu aneh tentang ayahnya itu segera membangunkan sang pangeran dari keadaan linglungnya. Ia melangkah mengikuti nyanyian yang didendangkan Ariel. Beberapa saat kemudian ia tiba di tempat Prospero dan Miranda yang sedang duduk di bawah pohon besar. Miranda mengira Ferdinand adalah roh halus.

“Bukan, Anakku,” jawab ayahnya, “ia manusia seperti kita. Pemuda ini salah satu awak kapal yang terhantam gelombang.”

Miranda tak pernah melihat orang lain selain ayahnya yang berjenggot kelabu dan berwajah murung. Ia tertegun melihat lelaki berwajah cerah dan tampan. Ferdinand pun tak pernah menduga akan melihat perempuan cantik di pulau tandus. Didekatinya perempuan itu. Ia pasti pasti bidadari penunggu pulau.
Miranda menjelaskan dengan malu-malu bahwa ia bukan bidadari, tetapi hanya manusia biasa. Ketika ia akan menceritakan siapa dia sesungguhnya, Prospero segera memotongnya. Tiba-tiba saja ia menuduh Ferdinand sebagai mata-mata yang dikirimkan ke pulau.

“Ikut aku,” katanya tegas. “Aku akan mengikatmu.”

“Tidak,” kata Ferdinand. “Aku tak akan menurutimu.”

Dan Ferdinand segera mencabut pedangnya. Namun Prospero dengan mudah melumpuhkan pemuda itu dengan ayunan tongkat saktinya. Ferdinand mematung di tempatnya berdiri.

Miranda memohon kepada ayahnya agar tidak terlalu kasar kepada pemuda itu. “Bebaskan dia, Ayah. Kasihanilah dia, aku akan menjadi jaminannya. Menurutku ia orang baik.”

“Diam!” kata ayahnya. “Tak ada gunanya melindungi penipu! Kau pikir tidak ada lagi lelaki tampan selain dia? Kau selama ini hanya pernah melihat Caliban. Kukatakan padamu, gadis tolol, banyak lelaki lain lebih baik dari dia jika bandingannya hanya Caliban.”

“Aku tak ingin melihat orang lain yang lebih baik dari dia ayah. Aku hanya ingin ayah tidak berlaku kasar kepadanya.”

“Ayo, Anak Muda,” kata Prospero. “Lawanlah aku jika kau punya kekuatan.”

“Aku tak punya kekuatan,” kata Ferdinand.

Prospero sesungguhnya senang bahwa Ferdinand dan Miranda saling mengagumi. Ia menggertak hanya untuk mengetahui bagaimana perasaan kedua anak muda itu.

“Lain kali aku tidak mau begitu, Ayah,” kata Miranda. “Kau membuatku takut.”

***

ARIEL datang lagi bersama Raja Naples, Antonio, dan si tua Gonzalo, yang melangkah mengikuti alunan lagu yang dinyanyikannya. Prospero mendatangi Gonzalo, bangsawan setia yang menjadi penyelamat hidupnya. Gonzalo tetap orang baik dan ia tidak menduga akan bertemu lagi dengan orang yang dihormatinya. Ia berpikir Prospero dan Miranda telah binasa ditelan lautan.

Begitu menyadari bahwa orang yang di depannya adalah Prospero, Antonio menangis dan memohon maaf. Raja Naples pun menyatakan penyesalannya yang  tulus karena telah membantu Antonio menyingkirkan saudaranya. Prospero memaafkan mereka dan mereka berjanji untuk memulihkan kekuasaan Prospero.

“Aku punya hadiah untukmu,” kata Prospero kepada Raja Naples yang kini menjadi sahabatnya. Ia membawa mereka masuk ke rumahnya dan di sana Raja Naples melihat Ferdinand sedang bercengkerama dengan Miranda.

Raja Naples hampir sama terkejutnya dengan Ferdinand begitu melihat kecantikan Miranda.

“Siapa dia?” tanyanya. “Apakah ia bidadari yang telah memisahkan kita dan mempersatukan kita lagi.”

“Bukan, Ayah,” jawab Ferdinand sambil tersenyum kepada ayahnya yang terpukau melihat Miranda. “Ia manusia seperti kita. Aku juga meminta maaf kepada ayah karena telah meminangnya tanpa pertimbangan ayah. Kupikir ayah telah hilang ditelan badai.”

Semua telah kembali seperti semula. Dengan bantuan Ariel dan kawan-kawannya Prospero telah mendapatkan lagi apa yang menjadi haknya. Dan permusuhannya dengan Raja Naples pun berakhir.

Prospero lalu menyampaikan bahwa kapal mereka selamat di pelabuhan. Para pelaut semuanya selamat. Ia juga mengatakan bahwa ia dan anak gadisnya akan menemani mereka pulang keesokan paginya.

“Sekarang kita nikmati hidangan ala kadarnya di guaku,” katanya.

Kemudian ia memanggil Caliban untuk menyiapkan makanan dan menata gua yang dijadikan tempat perjamuan. Semua terkejut melihat penampilan makhluk liar yang berwujud monster buruk rupa ini.

Sebelum meninggalkan pulau, Prospero membebaskan Ariel dari kewajibannya. Hantu kecil itu sangat gembira. Meskipun ia senang bekerja untuk Prospero, tetapi ia selalu merindukan saat-saat hidup bebas, mengembara semaunya di udara seperti burung. Atau di akar-akar pohon. Atau di antara buah-buahan dan bunga-bunga yang harum.

“Ariel yang baik,” kata Prospero, “aku akan selalu merindukanmu.”

“Terima kasih, Tuanku,” kata Ariel. “Sebelum kita berpisah beri saya kesempatan untuk mendorong kapal Tuan.”

Keesokan paginya kapal berangkat meninggalkan pulau terpencil itu. Prospero menguburkan tongkat sakti dan buku-buku sihirnya sebelum mereka berangkat. Ia memutuskan untuk tidak lagi menggunakan ilmu tersebut. Kini ia sudah mendapatkan lagi haknya yang dirampas oleh Antonio. Permusuhannya dengan Raja Naples berakhir. Dan ia pun memperoleh menantu yang tampan.

Di bawah kawalan Ariel dan pasukan roh halus, kapal yang mereka tumpangi berlayar menuju Naples. [*]

12 comments:

Ren Ashbell said...

Ini sampai akhir ya? kok kayaknya belum tamat, bisa dipost sampai yang tamat? Terimakasih ^_^

Asmixrani said...

Trimakasih nice post.

Chresto 'Eto' said...

masi ada karya shakespeare yg lain gk? bukunya yg terjemahan indonesia udh susah di cari.

Unknown said...

Hamlet dong min, ada ga?

Unknown said...

Hamlet dong min, ada ga?

Unknown said...

Hamlet dong sma othello

Unknown said...

hamley hamlet

sahrul setiawan said...

hamlet pakde

Unknown said...

Keren anjay gara2 anime gua kesini

Tallenta said...

Romeo Juliet sama Hamlet

Unknown said...

Para caliban pun bebas dari prosero yang memperbudaknya. caliban yang malang

Unknown said...

Pasti anime zetsuen no tempest ya

Post a Comment