Mungkin Ada Cacing di Dalam Perutnya

A.S. Laksana

SEORANG anak merasa sedih setiap bangun tidur dan ia selalu menangis begitu membuka mata. Akan kita panggil dengan nama apa anak ini? Sidi atau Gempol? Oh, mungkin Girang.

Jadi meskipun ia bernama Girang, tapi ia selau sedih dan tidak tahu kenapa ia sedih. Ia juga tidak tahu kenapa ia selalu menangis setiap bangun tidur. Kakaknya jengkel mendengar suara tangisnya setiap ia bangun tidur. Ibu dan ayahnya heran. “Mungkin anak kita ini perlu dibawa ke dokter. Jangan-jangan ia cacingan,” kata ibunya. Kadang-kadang ibunya jengkel karena perlu waktu lama untuk membuat anak itu berhenti menangis.

Beberapa waktu lalu ada seorang tetangga yang pernah memberi tahu ibunya bahwa dulu anaknya juga begitu. “Lalu saya bawa ke dokter,” kata tetangga itu. “Dokter mengatakan ada cacing yang nakal sekali di perut anak saya dan ia menangis sedih karena binatang itu membuat perutnya tidak enak.”

Maka, ibu membawa Girang yang suka menangis itu ke dokter. Dokter mengatakan. “Anak ini sehat. Dan kalau ia selalu sehat seperti ini, ia bisa berangkat sekolah setiap pagi dengan tubuh segar dan perasaan senang dan ia bisa mengikuti pelajaran dengan baik.”

“Tapi ia selalu menangis setiap bangun tidur,” kata ibu. “Saya takut ia cacingan.”

“Ia sangat sehat,” kata dokter.

“Mungkin ia perlu obat cacing, Pak Dokter,” kata ibu.

“Tidak,” kata dokter. “Ia hanya perlu gembira. Ya, ia perlu belajar bergembira. Kalau ia bisa merasa gembira setiap bangun tidur, maka ia bisa bangun tidur dengan perasaan senang. Sekarang silakan pulang. Kalau dalam waktu tiga hari ini ia tetap menangis, ibu bisa membawanya lagi kemari.”

Sebelum mereka pulang, Pak Dokter itu memberi tahu Girang, “Setiap kali kau bangun tidur, Nak, perhatikan perutmu. Pokoknya, begitu kau bangun tidur, perhatikan perutmu. Apakah kau merasakan sesuatu yang menyenangkan di dalam perutmu? Apakah kau merasa perutmu baik-baik saja? Apakah kau bisa bergembira karena perutmu baik-baik saja?

“Nah, setelah kau tahu perutmu baik-baik saja, kau bisa turun dari tempat tidurmu dengan perasaan gembira. Jika kau merasa gembira pada saat bangun pagi, atau kapan pun kau bangun tidur, segala sesuatu akan menyenangkanmu. Kau bisa bermain-main dengan perasaan gembira, dan semua akan senang dengan anak yang selalu gembira. Jadi, kautahu, Nak, penting sekali bagimu untuk bangun tidur dengan perasaan gembira.”

Anak itu mengikuti apa yang dikatakan dokter. Ia memperhatikan perutnya pada saat bangun tidur dan ia merasa semuanya baik-baik saja. Dan karena perutnya baik-baik saja ia tahu apa yang harus dilakukannya ketika bangun tidur.

Tiga hari kemudian ia mengajak ibunya kembali menemui dokter. Dokter sedang memeriksa seorang anak yang dibawa oleh orang tuanya karena anak itu selalu sedih setiap bangun tidur dan menangis meraung-raung—suaranya jelek sekali dan itu membuat jengkel orang-orang lain karena ia selalu menangis setiap bangun tidur.

Selesai memeriksa anak itu, dokter mempersilakan Girang dan ibunya masuk.

“Anak yang tadi tidak makan dengan baik dan tubuhnya kurang sehat karena ia tidak makan dengan baik,” kata dokter. “Jadi ia selalu merasa tidak senang setiap bangun tidur karena tubuhnya kekurangan makanan yang baik. Sekarang, bagaimana keadaanmu, Girang?”

“Sangat sehat, Pak Doker,” kata Girang. “Saya kemari untuk memberi tahu bahwa perut saya sangat sehat.”

“Astaga, itu kabar baik,” kata Dokter. “Saya senang mendengarnya. Sebab, dengan perut yang sangat sehat, kau bisa makan dan minum dengan baik dan perutmu akan gembira jika kau selalu memberinya makanan dan minuman yang baik.  Lain kali, datanglah kemari jika kau punya kabar baik yang ingin kausampaikan kepadaku.”

“Baiklah,” kata Girang.

Dokter itu sungguh baik. Girang senang berkenalan dengannya. [*]

----

Cerita ini semula saya sampaikan spontan saja kepada anak saya karena saya pikir ia perlu mendengar cerita seperti ini.