RSS

Ima Memelihara Jin

Oleh: A.S. Laksana

APAKAH kau pernah mendengar cerita tentang anak-anak kampung sebelah? Aku sangat mengenal mereka dan aku tahu rahasia mereka. Kalau kalian ingin memahami mereka dan rahasia-rahasia mereka, kalian bisa mendengarkan baik-baik ceritaku. Kalian boleh mendengarkannya dengan cara apa saja, yang penting telinga kalian selalu mendengarkan dan kalian memahami apa yang kuceritakan.

Di kampung sebelah ada tiga anak perempuan. Nama panggilan mereka Lili, Loli, dan Lala. Nama mereka sebenarnya bukan itu, tetapi mereka bertiga adalah sahabat baik dan mereka membuat nama panggilan sendiri seperti itu sehingga mereka seolah-olah tiga bersaudara.

Penari Kecil dan Mahkotanya

A.S. Laksana

AKU tetap mengingatnya sampai sekarang. Ia gadis cilik yang menyenangkan. Namanya Rina dan aku menyebutnya penari kecil dan aku suka mengikutinya ke mana-mana. Aku senang melihat ia menari.

Hari itu ia berada di tepi pantai, menikmati ombak dan pasir dan cahaya matahari. Angin bertiup dari arah laut, lembut dan segar di kulit. Debur ombak mengirimkan rasa hangat di dada. Aku menyukai debur ombak: ia selalu terdengar seperti alunan musik di telinga orang-orang yang bahagia.

Mungkin Ada Cacing di Dalam Perutnya

A.S. Laksana

SEORANG anak merasa sedih setiap bangun tidur dan ia selalu menangis begitu membuka mata. Akan kita panggil dengan nama apa anak ini? Sidi atau Gempol? Oh, mungkin Girang.

Jadi meskipun ia bernama Girang, tapi ia selau sedih dan tidak tahu kenapa ia sedih. Ia juga tidak tahu kenapa ia selalu menangis setiap bangun tidur. Kakaknya jengkel mendengar suara tangisnya setiap ia bangun tidur. Ibu dan ayahnya heran. “Mungkin anak kita ini perlu dibawa ke dokter. Jangan-jangan ia cacingan,” kata ibunya. Kadang-kadang ibunya jengkel karena perlu waktu lama untuk membuat anak itu berhenti menangis.

Ibu yang Jenaka


A.S. Laksana

NINUK, gadis kecil delapan tahun, sedang memberi makan Gombloh, kucing piaraannya. Ia senang mengamati cara kucing itu makan dan minum dan pernah juga ia mencoba makan dan minum dengan cara seperti itu, menjulur-julurkan lidahnya. Ternyata sulit sekali. Tapi Gombloh bisa melakukan apa yang ia tidak bisa.

Mengapa Manusia Hidup Delapan Puluh Tahun

Dongeng Bosnia-Herzegovina, ditulis ulang oleh A.S. Laksana 

DUNIA baru saja diciptakan dan Tuhan menetapkan bahwa manusia akan hidup di sana sampai umur tiga puluh tahun. “Kalian akan menjadi pemimpin bagi semua makhluk ciptaanKu,” kataNya kepada pria dan wanita pertama. “Dan selama hidup, kalian akan menjadi makhluk-makhluk yang cantik dan tampan, muda, sehat, kuat, dan bijak.”

Si Pria gembira mendengar firman yang menetapkan manusia sebagai pemimpin atas semua ciptaan. Hanya soal umur ia tidak puas. Hidup cuma tiga puluh tahun ia pikir bukan tawaran yang menarik. Namun, Tuhan telah menetapkan kehendakNya dan ia tunduk saja.

Bagaimana Si Tua Menundukkan Pendekar Pedang

Dituturkan ulang oleh A.S. Laksana

SEORANG pendongeng tua berdiri mematung di depan sebuah dojo di kaki bukit. Di tempat itu, para calon samurai belajar di bawah asuhan seorang pendekar besar. Matahari sudah surut di langit barat dan si pendongeng telah berjalan seharian. Sekarang perutnya keroncongan dan tulang-tulangnya mulai ngilu dan ia memerlukan tempat istirahat. Lebih dari itu, ia memerlukan makanan.

Sesuai adat waktu itu, untuk mendapatkan makanan dan menumpang bermalam di dojo seseorang harus berduel  terlebih dulu melawan salah seorang murid, dengan senjata pedang kayu. Pria ini merasa bahwa tulang-tulang tuanya, juga otot-ototnya yang sudah melemah, tak mungkin bisa digunakan untuk bertarung. Setelah merenung beberapa saat ia akhirnya berjalan ke pintu dojo dan mengetuknya.

Seekor Garangan dan Istri Petani

Dongeng India, ditulis ulang oleh Agung Bawantara

DULU sekali, jauh sebelum orang tua kita dilahirkan, istri petani melahirkan bayi laki-laki dan ia meminta kepada suaminya agar mencari hewan piaraan. “Yang bisa diandalkan untuk menjaga anak kita dan menjadi teman mainnya,” kata si istri. Mereka berunding dan akhirnya memutuskan memelihara seekor garangan. Maka si petani mencari garangan dan memelihara binatang itu untuk dua kepentingan yang diinginkan oleh istrinya.